Senin, 15 November 2010

PERANAN STAKEHOLDERS

TUGAS SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Sebutkan beberapa stakeholders dan peranan yang dapat dilakukan oleh stakeholders tersebut dalam masalah penyakit dibawah ini :
1. Malaria
2. PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)

Peranan Stakeholder dalam Pemberantasan Penyakit Malaria dan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
 Diseminasi adalah Penyebarluasan informasi surveilans kepada pihak yang berkepentingan (stakeholders), agar dapat dilakukan action secara cepat dan tepat. Penyakit malaria dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi membutuhkan program-program untuk pencegahan dan pemberantasan. dalam pelaksanaan program ini dibutuhkan bantuan dari berbagai pihak. maka pelaksanaan program ini memerlukan diseminasi terhadap berbagai stakeholder terkait.
 Stakeholder adalah orang-orang dan atau badan yang berkepentingan atau terlibat dalam pelaksanaan program pembangunan kesehatan
 Stakeholders dalam sistem kesehatan ada 2 jenis :
1. Stakeholders aktif :
Stakeholders yang bisa menjadi stakeholder kunci. Stakeholders ini pada umumnya yang mempunyai kewenangan resmi spt Depkes, Dinkes dll
2. Stakeholders pasif :
Stakeholders yang bisa disebut stakeholder pendukung. Biasanya kelompok ini sebagai kelompok target dari implementasi sistem kesehatan. Contoh kelompok ini masyarakat publik dan swasta. Pada umumnya tidak memiliki kewenangan resmi. Stakeholder ini bisa saja mendekati stakeholders aktif jika memiliki importance dan influence (pengaruh) untuk mendapatkan legitimate (pengakuan) dari stakeholders yang ada.

A. Malaria
Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh parasit plasmodium ditularkan melalui nyamuk Anopheles spp kepada manusia. Gejala klinis utama adalah demam periodik di sertai dengan rasa menggigil, berkeringat dan sakit kepala, gejala lain seperti: badan terasa lemas dan pucat, nafsu makan berkurang, mual muntah diare, kuning pada kulit, pembesaran limpa dan, kejang sampai koma.
Agent Penyebab Malaria
Infeksi malaria di sebabkan oleh parasit genus plasmodium melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles spp. Ada 4 (empat) spesies plasmodium yaitu :
a. Plasmodium Vivax
Memiliki distribusi giografis terluas, termasuk wilayah beriklim dingin, suptropis hingga ke daerah tropis, penyebab malaria tertiana. Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari ketiga, waktu siang atau sore, dan masa inkubasinya 12-17 hari.
b. Plasmodium Falcifarum
Plasmodium ini menyebabkan malaria tropika dan sering menyebabkan malaria otak, sehingga dapat menyebabkan kematian dan masa inkubasinya 10-12 hari.
c. Palsmodium malariae
Plasmodium ini merupakan penyebab malaria kuartana yang memberikan gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya di temukan di daerah pegunungan dan dataran rendah dan dataran tropis, dengan masa inkubasi 14 hari.
d. Plasmodium ovale
Jenis ini sangat jarang di jumpai umumnya banyak terjadi di afrika dan Pasifik barat. Masa inkubasi penyakit yang di sebabkan Plasmodium ovale 12-17 hari. Dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan dan cepat sembuh sendiri.

 Peranan Stakeholder dalam Pemberantasan Penyakit Malaria
1. Dinas Kesehatan
 Melakukan sosialisasi kepada warga tentang Malaria dan cara pencegahannya yaitu dengan penggunaan kelambu dan insektidsida
 Penggalakan program pemberantasan sarang nyamuk (fogging dan program 3M Plus) terhadap masyarakat
 Pemberdayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan
 Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi atau Rapid Diagnostic Test.
 Pengobatan Menggunakan Combination Therapy/ ACT
 Pencegahan penularan malaria dengan kelambu ( Long Lasting Insekticidal Net )
 Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes )
 Memperluas cakupan dan kualitas pemberantasan malaria (Surveilans, pemberantasan vektor, dan pengobatan) termasuk rujukan penderita malaria berat.
 Pengendalian lingkungan untuk mencegah KLB dan memperluas daerah bebas malaria.
 Melakukan kerja sama dengan berbagai dinas yang terkait dengan penanganan penyakit malaria sehingga pencegahan malaria bisa lebih efektif.
 Meningkatkan kemampuan/ketrampilan pelaksana program pemberantasan Malaria terutama di tingkat Kabupaten/Kota dan tenaga mikroskopis malaria di Puskesmas
 Memberi informasi kepada pihak-pihak terkait seperti puskesmas dan rumah sakit tentang pentingnya menjaga kebersihan dan pentingnya 3M+1 agar terhindar dari penyakit malaia
 P2P (Program Pemberantasan Penyakit) :
Orang-orang didalam lingkup P2P mereka akan bertindak memberantas penyakit malaria dilihat dari vektor nyamuknya. Mengadakan Pelatihan petugas, Penemuan aktif penderita, Penatalaksanaan kasus dan pengobatan dan Pengendalian vector, antara lain :
- Penemuan penderita malaria baik secara aktif melalui kegiatan Mass Blood Survey (MBS) maupun pasif ( rutin puskesmas )
- Pembagian kelambu berinsektisida kepada masyarakat miskin, ibu hamil, bayi dan balita
- Screening malaria bagi ibu hamil saat kunjungan trimester pertama pada tenaga kesehatan
- Penyemprotan dinding luar rumah ( Indoor Residual Sprying )
- Pos malaria desa
- Penyediaan sarana ( mikroskop, RDT ) bahan laboratorium dan obat-obatan (ACT)
 Sanitasi Lingkungan :
Orang-orang didalam lingkup sanitasi lingkungan akan membenahi sistem sanitasi di daerah yang bermasalah, contohnya daerah yang memiliki genangan air limbah domestik yang tidak tepat maka sanitarian berhak memikirkan masalah ini.
 Promosi Kesehatan :
Divisi ini berperan mempromosikan hidup sehat agar terhindar dari penyakit malaria. Contohnya mempromosikan bersih-bersih selokan atau parit, membabat tanaman-tanaman yang terlalau lebat (yang berpotensi sebagai habitat nyamuk Anopheles).
 Penyehatan lingkungan :
Menciptakan lingkungan fisik dan lingkungan social yang bersih, nyaman, aman, dan sehat melalui perbaikan lingkungan dan kesehatan lingkungan dan dilakukan melalui peningkatan cakupan air bersih, penyehatan perumahan dan tempat-tempat umum serta pengendalian lingkungan
 Penyakit dan Program Gizi :
Berperan dalam memberiakan KIE tentang kecukupan zat gizi agar penderita penyakit Malaria bisa sembuh dan bagaimana tindakan preventif dilihat dari sudut pandang gizi. Dengan adanya kerjasama yang baik, diharapkan program ini akan berjalan dengan lancar
2. Dinas lingkungan
Dinas lingkungan mempunyai peran dalam pemantauan program 3m+ pada masyarakat secara berkala, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan
3. Puskesmas
Memberikan penyuluhan langsung terhadap masyarakat yang bekerja sama dengan kader masyarakat.
4. Pemerintah Kota/Kabupaten
 Bupati : memberikan surat keputusan atau kebijakan kepada setiap kecamatan agar berperan aktif dalam pemberantasan penyakit malaria.
 Kecamatan : memberikan surat keputusan atau kebijakan dari bupati kepada desa / kelurahan.
 Kelurahan : melaksanakan surat keptusan atau kebijakan mengenai pemberantasan malaria dengan cara memberitahukan kepada perangkat desa, dan organisasi sosial yang ada, seperti posyandu, PKK, dan perkumpulan-perkumpulan yang lain.
 Pemerintah daerah berperan dalam membuat kebijakan pada program pemberantasan penyakit malaria.
 Mensosialisasikan informasi malaria ke daerah-daerah serta menyediakan dana dalam mendukung program pemberantasan malaria
5. Dinas Pendidikan
 Pelatihan malaria bagi para guru penjaskes/ UKS Sekolah Dasar (2005) dan penyusunan muatan lokal malaria untuk SD
 Memberi kebijakan pada masing-masing instansi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan sekolah sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan
 Memberikan pendidikan kepada para pelajar tentang pencegahan penyakit menular seperti malaria. Hal ini karena pencegahan malaria dari setiap individu sangat dibutuhkan dalam pencegahan malaria
6. Dinas Perkebunan
 Dinas perkebunan berperan dalam penataan tanaman perkebunan, sehingga dapat mengurangi habitat nyamuk Anopheles
 Membersihkan tempat yang berpotensi sebagai sarang nyamuk vektor malaria
 Melakukan pemantauan tanaman yang tumbuh di daerah perkebunan agar tidak terdapat tanaman liar yang dapat menjadi sarang nyamuk Anopheles,
 Penataan tanaman perkebunan (mengatur jarak tanam) dan membatasi jenis tanaman yang ada diperkebunan sehingga dapat mengurangi habitat nyamuk Anopheles.
 Peranan pemilik perkebunan dalam pemberantasan penyakit malaria, antara lain:
- Menyediakan alat pelindung diri seperti pakaian lengkap yang menenutupi seluruh anggota tubuh bagi pekerjanya, agar terhindar dari gigitan nyamuk Anopheles.
- Menerapakan peraturan pada para pekerja untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sewaktu bekerja.
7. Dinas kebersihan
Berperan memerintahkan tempat-tempat umum untuk menjaga kebersihan terutama tempat yang banyak genangan airnya agar tidak menjadi breeding place nyamuk
8. Dinas Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP & PL), Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Kesehatan Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
Pengendalian malaria dapat dilakukan melalui peran Dinas PP dan PL sebagai stakeholder terkait dengan habitat nyamuk anopeles yang terdapat di rawa, tambak yang terlantar, genangan air. Oleh karena itu dinas PP &PL dapat mengambil kebijakan dengan bekerjasama dengan dinas Pekerjaan Umum dalam pengendalian dan pembersihan habitat nyamuk Anopheles sp sebagai vektor penyebab malaria.
9. Dinas keimigrasian
Sebagai stakeholder dinas keimigrasian bekerja sama dengan dinas perhubungan untuk memantau apakah transportasi yang digunakan bebas dari vektor nyamuk Anopheles. Oleh karena itu, transportasi yang akan menuju ke suatu daerah harus dilakukan pembersihan nyamuk Anopheles sebelum berangkat dan setelah tiba di suatu daerah terutama di daerah dengan endemis malaria.
10. Dinas peternakan
Nyamuk vektor malaria banyak terdapat di tambak ikan yang tidak digunakan atau terabaikan. Dinas peternakan dapat berperan dalam melakukan kegiatan promosi mengenai habitat nyamuk vektor malaria atau dengan kata lain mengkomunikasikan dengan para pemilik tambak untuk membersihkan atau mengurus tambak ikan yang mereka punya.
11. Dinas kehutanan dan Dinas Kesehatan bagian Promosi Kesehatan.
Habitat nyamuk Anopheles juga terdapat di hutan-hutan tropis. Oleh karena itu, Dinas kehutanan dapat memberikan proteksi terhadap pekerja yang masuk hutan atau masyarakat yang berada di sekitar wilayah hutan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan kerja sama dengan Dinas Kesehatan bidang Promosi Kesehatan untuk memberi warning tentang apa yang harus dilakukan oleh masyarakat saat masuk hutan, seperti memakai lotion anti nyamuk, baju panjang, dan juga memberi kelambu pada masyarakat di sekitar hutan untuk memberi proteksi dari vektor malaria saat tidur. Pemberian penyuluhan bagi masyarakat dirasa perlu karena dengan adanya penyuluhan tersebut maka pengetahuan masyarakat akan bertambah mengenai penyakit malaria sehingga dapat merubah perilaku buruknya tentang kesehatan sehingga dapat terhindar dari penyakit malaria.
12. BMKG
 Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor akan menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu species yang berperan sebagai vektor, memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk daerah tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi pada musim penghujan, kecuali An.Sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa dimana densitas tertinggi pada musim kemarau.
 Dengan adanya hal tersebut maka BMKG berperan dalam memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan dan masyarakat untuk lebih waspada terhadap perubahan musim yang terjadi sehingga dapat lebih mewaspadai adanya ancaman penyakit malaria bagi mereka dan mereka dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan mengurangi atau menghindari faktor risiko terjadinya penyakit malaria.
13. Perangkat Desa dan Kader Kesehatan
 Mengerahkan masyarakat untuk berperan aktif dalam melaksanakan program yang dibuat oleh Dinas Kesehatan setempat.
 Memberikan pemahaman kepada ibu PKK tentang pencegahan malaria
 Bidan di desa, dapat mendekatkan pelayanan secara terintegrasi dalam pemeriksaan kehamilan, skrining terhadap malaria dan pengobatan di daerah terpencil dan endemis malaria. Karena itu bidan mempunyai peran sangat besar dalam pengendalian malaria terutama yang dialami ibu hamil
14. Kantor kesehatan pelabuhan
Peranan Kantor kesehatan pelabuhan dalam penanganan malaria ini sangat dibutuhkan untuk mencegah penularan malaria antar daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kewaspadaan jika terdapat penumpang yang berasal dari daerah yang endemis malaria.
15. Departemen Ketenagakerjaan
Mereka yang bekerja di malam hari mempunyai resiko yang lebih besar untuk terkena malaria dibandingkan para pekerja yang bekerja di waktu siang hari. Oleh karena itu peran departemen ketenagakerjaan dalam penanganan malaria sangat dibutuhkan. Peranan yang dapat dilakukan Departemen Ketenagakerjaan adalah memberikan peraturan tentang pengaturan jam kerja dan pemberian perlindungan kepada mereka yang bekerja di malam hari.
16. Dinas Pekerjaan Umum
Peran DPU khususnya Seksi Perumahan dan Penyehatan Lingkungan untuk turut menanggulangi malaria melalui kegiatan pengeringan genangan air dengan pembuatan saluran permanen maupun darurat sesuai tugas rutinnya.
17. Bagian Kesra Setda
Sebagai fasilitator rapat koordinasi lintas sektor penanggulangan malaria tingkat Pemda dan melakukan penyebaran informasi malaria melalui radio
18. Dinas Pertanian dan Kelautan
Penyuluhan-penyuluhan kepada petani diarahkan pada pengendalian lingkungan untuk mencegah bersarangnya vektor anopheles.

B. PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
1. Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae . Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernapasan. Gejala awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernapasan yang berakibat kematian.
2. Pertusis
Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyebaran pertusis adalah melalui tetesan-tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek , mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah pneumania bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.
3. Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam . Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terldapat juga gejata berhenti menetek (sucking) antara 3 s/d 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
4. Tuberculosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa (disebut juga batuk darah). Penyakit ini menyebar melalui pernapasan lewat bersin atau batuk. Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri dada dan (mungkin) batuk darah.gejala lain tergantung pada organ yang diserang. Tuberculosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian.
5. Campak
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles. Disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemarahan , batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah).Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ketubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran napas (pneumonia).
6. Poliomielitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan , yaitu virus polio type 1,2 atau 3. Secara klinis penyakit polio adalah Anak dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis=AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
7. Hepatitis B
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan , melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatis, kanker hati dan menimbulkan kematian.

 Peranan Stakeholder dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
1. Dinas Kesehatan
 Pemberian kekebalan terhadap serangan penyakit tertentu dengan jalan memasukkan suatu zat antibody ke dalam tubuh. Dalam upaya penurunan angka kejadian penyakit pemerintah menggalakan program Lima Imunisasi Dasar pada bayi dan anak, meliputi hepatitis B, polio, campak, BCG, dan DPT. Selain penyakit diatas, ada juga penyakit lain yang dapat dicegah melalui imunisasi yaitu rabies, pertusis, tetanus, influenza, dan demam thypoid.
 Pelaksanan utama dari program PD3I melalui beberapa program antara lain:
- Program KIA
Program imunisasi termasuk program kerja KIA yang sudah memiliki ketentuan dan jadwal.
- Program promosi kesehatan
Didalam pelaksanaan imunisasi Program KIA membutuhkan bantuan orang-orang Promosi Kesehatan untuk mensosialisasikan pentingnya imunisasi kepada masyarakat.
- Program pemberantasan penyakit
Polio merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam program pemberantasan penyakit . salah satu metode pemberantasan penyakit polio adalah dengan imunisasi., oleh karena itu Program pemberantasan penyakit membutuhkan KIA karena cakupan dari imunisasi polio adalah anak-anak.
- Posyandu
Posyandu sebagai pelaksana program kesehatan Ibu dan anak di masyarakat. Setiap desa memiliki kader posyandu yang berfungsi mensosialisasikan dan melaksanakan program KIA(imunisasi) di desa tersebut. masyarakat lebih mudah didekati oleh para kader dari desa mereka sendiri dari pada petugas kesehatan
 Penyediaan tenaga kesehatan sarana prasarana untuk imunisasi dan peningkatan program imunisasi di seluruh wilayah kecamatan. Agar dinas kesehatan dapat melakukan tugas tersebut maka dilaksanakan surveilans untuk mengetahui perkembangan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
 Dinas kesehatan sebagai penyedia dan pendistribusi vaksin ke seluruh daerah
 Melakukan kegiatan promosi kesehatan yang meliputi penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sehingga menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melakukan imunisasi
 Melakukan advokasi ke pemerintah daerah sehingga pemda dapat membuat kebijakan mengenai program imunisasi tersebut
 Memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai PD3I kepada dinas-dinas terkait. Selain itu Departemen kesehatan juga merupakan pihak yang berwenang dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program imunisasi di Indonesia
2. Puskesmas
 Melakukan sosilaisasi kepada masyarakat tentang guna imunisasi
 Membuat program pengontrolan pemberian imunisasi pada masyarakat
 Membantu kelancaran program imunisasi dilaksanakan pada masyarakat
 Sebagai penyedia fasilitas pelaksanaan imunisasi dan pelaksana (tenaga kesehatan puskesmas)
 Puskesmas memberikan pendidikan dan pelatihan kepada kader kesehatan mengenai PD3I dan pelaksanaan posyandu
3. Pemerintah Kota/Kabupaten
 Merupakan instansi yang bergerak untuk mendanai program PD3I ((Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
 Pemerintah Daerah membuat kebijakan mengenai program imunisasi sehingga masyarakat mau melakukan imunisasi
 Membuat iklan layanan masyarakat mengenai imunisasi PD3I dan menginformasikan kepada masyarakat.
 Memberikan tempat dan alokasi dana untuk pelaksanaan imunisasi dan menyebarluaskan informasi di tingkat daerah masing-masing melalui media massa kepada publik.
4. Dinas Pendidikan
 Menindaklanjuti program pemerintah yaitu Lima Imunisasi Dasar pada bayi dan anak, cakupan umur sasaran termasuk dalam anak usia sekolah, maka dari itu Dinas Pendidikan memiliki peranan penting untuk mensukseskan program tersebut. Melalui sekolah – sekolah, Dinas Kesehatan melakukan kerjasama seperti misalkan diadakannya imunisasi di sekolah dasar.
 Membuat kebijakan tentang imunisasi di sekolah yang pelaksanaannya akan dilakukan oleh Dinas Kesehatan.
 Dinas Pendidikan berperan dalam kebijakan tentang imunisasi. Dinas Pendidikan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan yaitu puskesmas untuk melaksanakan program imunisasi, melaksanakan BIAS ( Bulan Imunisasi Anak Sekolah) , hal ini dilakukan karena sasaran dari imunisasi adalah merupakan anak usia sekolah dan dilaksanakan di sekolah
 Dinas pendidikan dapat memasukkan mengenai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dalam kurikulum belajar, sehingga para siswa lebih mengetahui mengenai penyakit tersebut. Dengan hal tersebut diharapkan para siswa akan membagi pengetahuannya terutama kepada ibu mereka untuk melakukan imunisasi.
5. Dinas Sosial
Dinas Sosial berfungsi sebagai penyandang dan pengumpul dana kegiatan atau program imunisasi.
6. Bidang kesehatan ibu dan anak
Berperan dalam pembuatan kebijakan program imunisasi yang ditujukan kepada ibu hamil dan wanita usia subur tidak hamil serta bayi, balita dan anak-anak.
7. Kelurahan
 Kelurahan berperan dalam pengadaan posyandu yang di dalamnya terdapat kegiatan imunisasi. Kelurahan bekerjasama dengan RW dan RT setempat untuk mengadakan program posyandu.
 Perangkat desa membentuk kader kesehatan sebagai penggerak posyandu dan pelaksana imunisasi di tingkat desa
 Menyediakan fasilitas (tempat pelaksana posyandu, polides)
8. Keluarga
Melalui orang tua, peran keluarga sangat penting yaitu dalam pengambilan keputusan kesehatan bagi anak-anaknya. Khususnya pengambilan keputusan untuk mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan imunisasi.
9. Kader kesehatan
Kader kesehatan memiliki peranan penting dalam masalah PD3I, karena mereka berinteraksi langsung dengan masyarakat khususnya para ibu. Mereka diharapkan memberikan informasi kepada ibu-ibu tentang pentingnya imunisasi untuk anak-anak mereka
10. Dinas Imigrasi
Perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain baik yang bersifat permanen atau hanya bersifat sementara meningkatkan resiko penularan penyakit dari penduduk satu ke penduduk lainnya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, pihak Dinas Imigrasi dapat melakukan kerjasama denga Dinas Kesehatan melalui program imunisasi bagi imigran baik yang keluar ataupun masuk dari suatu negara.
11. Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dalam Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Departemen Agama menetapkan bahwa calon pengantin wanita telah diberi imunisasi TT. Hal ini telah dimasukkan dalam Peraturan Daerah tentang pemeriksaan calon pengantin.
12. Dinas Kesehatan dan Dinas Tenaga Kerja bekerjasama dalam pemberian vaksin tetanus toksoid pada tenaga kerja wanita usia subur. Selain itu, dilakukan kerja sama dalam program Pemberian vaksin pada tenaga kerja yang mendapat paparan virus. Misalnya pemberian vaksin rabies pada pekerja yang bekerja dengan hewan.
13. PKK
Sasaran imunisasi mayoritas merupakan bayi dan anak usia sekolah dimana ibu memiliki peranan penting dalam menyukseskan imunisasi tersebut, pengetahuan ibu tentang imunisasi dapat empengaruhi kesediaan ibu untuk mengimunisasikan anaknya. Peran ibu –ibu PKK adalah untuk memberikan pemahaman kepada warganya (ibu-ibu) tentang imunisasi. Namun sebelumnya inbu- ibu PKK terlebih dahulu diberi pengetahuan mengenai imunisasi dari puskesmas atau petugas kesehatan
14. DEPKOMINFO
DEPKOMINFO berperan dalam menyebarkan informasi mengenai imuniasasi melalui media cetak maupun elektronik berupa iklan,gambar ataupun poster. Dengan informasi tersebut masyarakat akan mengetahui penting imunisasi, bagaimana cara memperoleh pelayanana imunisasi, dan kapan saja imunisasi harus diberikan.
15. Departemen Pemberdayaan Perempuan
Melalui dinas terkait di bawahnya memberikan informasi kepada wanita terutama ibu-ibu tentang pentingnya imunisasi terutama pada bayi untuk kesehatan sang bayi agar terhindar dari beberapa penyakit sepereti polio, campak,dipteri.
16. Perusahaan Farmasi
Memproduksi dan mendistribusikan vaksin serta perlengkapan imunisasi melalui kerjasama dengan pemerintah, sehingga cakupan logistiknya terjangkau dan merata di setiap pelayanan kesehatan yang ada.

Rabu, 03 November 2010

MACAM DESAIN PENELITIAN ;

1.  STUDI CROSS SECTIONAL
a.    Pengertian :
Merupakan studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, meupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau karkteristik terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada satu saat.
Cross Sectional study pada dasarnya adalah survey (Rothman,2002; CDC, 2002). Dalam penelitian Cross-Sectional peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat. Tentunya tidak semua subyek penelitian harus diperiksa pada hari atau saat yang sama, akan tetapi baik variabel resiko maupun variabel efek dinilai hanya satu kali saja. Faktor resiko serta efek tersebut diukur menurut keadaan atau statusnya pada waktu dilakukan observasi.

b.    Langkah-Langkah Studi Cross Sectional ;
1.)      Merumuskan pertanyaan penelitian berserta hipotesis yang sesuai
2.)      Mengidentifikasi variabel bebas dan tergantung
3.)      Menetapkan subyek penelitian
4.)      Melaksanakan pengukuran
5.)      Melakukan analisis

c.    Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Cross Sectional ;
1.)      Kelebihan :
a)    Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya yang mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai.
b)   Desain ini relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh
c)    Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel
d)   Tidak terancam llos to follow up (drop out)
e)    Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen, tnpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya
f)    Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang lebih konklusif
2.)      Kekurangan :
a)    Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas). Akibatnya sering tidak mungkin ditentukan mana sebab dan mana yang akibat.
b)   studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit yang panjang dari pada mereka yang mempunyai masa sakit yang pendek. Hal ini disebabkan karena individu yang cepat sembuh atau yang cepat meninggal akan mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi ini
c)    Dibutuhkan subyek yang cukup besar, terutama bila variabel yang dipelajari banyak
d)   Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis
e)    Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang
f)    Mungkin terjadi bias prevalens atau bias insidens karena efek suatu faktor resiko selama selang waktu tertentu di salah tafsirkan sebagai efek penyakit
d.   Contoh :
1.)    Prevalensi dan insiden penyakit gondok endemik di daerah A dan daerah B dan faktor-faktor yang berhubungan
2.)    Efektifitas obat semprot hama terhadap lama penyemprotan dan angka kematian hama yang disemprot

2.  PENELITIAN CASE CONTROL
a.    Pengertian
Studi kasus kontrol merupakan studi observasional yang menilai hubungan paparan penyakit dengan cara menentukan sekelompok orang-orang berpenyakit (disebut kasus) dan sekelompok orang-orang yang tidak berpenyakit (disebut kontrol), lalu membandingkan frekuensi paparan (atau jika diukur kuantitatif, level paparan) pada kedua kelompok (Last, 2001; Gordis, 2000; Moy, 1998)

b.    Langkah-Langkah Penelitian Case Control :
1.)      Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
2.)      Mendeskripsikan variabel penelitian; fakto resiko, efek
3.)      Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus, kontrol), dan cara untuk menentukan subyek penelitian
4.)      Melakukan pengukuran variabel efek dan faktor resiko
5.)      Menganalisis data

c.    Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Kasus-Kontrol :
1.)      Kelebihan :
a)    Studi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang
b)   Hasil dapat diperoleh dengan cepat
c)    Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit
d)   Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit
e)    Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor resiko sekaligus
2.)      Kekurangan :
a)    Data mengenai pajanan faktor resiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau catatan medik
b)   Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh
c)    Karena kasus dan kontrol dipilih oleh peneliti maka sukar untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok itu sebanding dalam faktor eksternal dan sumber bias lainnya.
d)   Tidak dapat memberikan incidence rates
e)    Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek
d.   Contoh :
Hubungan antara penyakit AIDS pada pria dengan homoseksualitas.

3.  PENELITIAN KOHORT
a.    Pengertian
Studi kohort merupakan penelitian epidemiologik analitik non-eksperimental yang mengkaji hubungan antara faktor resiko dengan efek atau penyakit. Perkataan kohort berasal dari istilah Romawi kuno cohort yang berarti sekelompok tentara yang maju berbaris ke medan perang. Model pendekatan yang digunakan pada rancangan penelitian kohort adalah pendekatan waktu secara longitudional atau time period approach, kausa atau faktor resiko diidentifikasi terlebih dahulu, kemudian subyek diikuti sampai periode waktu tertentu untu melihat terjadinya efek atau penyakit yang diteliti.
b.    Langkah-Langkah Studi Kohort ;
1.)      Merumuskan masalah penelitian
2.)      Menetapkan kohort
3.)      Memilih kelompok kontrol
4.)      Mengidentifikasi variabel penelitian
5.)      Mengamati timbulnya efek
6.)      Menganalisis hasil

c.    Kelebihan dan Kekurangan Studi Kohort :
1.)      Kelebihan :
a)    Studi kohort merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti
b)   Studi kohort paling baik dalam menerangkan hubungan dinamika hubungan antara faktor resiko dengan efek secara temporal
c)    Studi kohort merupakan pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progresif
d)   Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu faktor resiko tertentu
e)    Karena pengamatan dilakukan secara kontinyu dan longitudinal, studi kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang makin meningkat
2.)      Kekurangan
a)    Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama
b)   Sarana dan biaya biasanya mahal
c)    Studi kohort seringkali rumit
d)   Kurang efisien segi waktu maupun biaya untuk meneliti kasus yang jarang terjadi
e)    Terancam terjadinya drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau faktor resiko dapat mengganggu analisis hasil
f)    Dapat menimbulkan masalah etika oleh karena peneliti membiarkan subyek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap dapat merugikan subyek

d.   Contoh :
Hubungan antara kebiasaan mandi di kali dengan bakteriuria pada anak 5-10 tahun

Rabu, 20 Oktober 2010

Kriteria hubungan Kausalitas Menurut Austin Bradfod Hill

Kriteria hubungan Kausalitas Menurut Austin Bradfod Hill :
1.      Kekuatan asosiasi
semakin kuat asosiasi, maka semakin sedikit hal tersebut dapat merefleksikan pengaruh dari faktor-faktor etiologis lainnya. Kriteria ini membutuhkan juga presisi statistik (pengaruh minimal dari kesempatan) dan kekakuan metodologis dari kajian-kajian yang ada terhadap bias (seleksi, informasi, dan kekacauan)
2.      Konsistensi
replikasi dari temuan oleh investigator yang berbeda, saat yang berbeda, dalam tempat yang berbeda, dengan memakai metode berbeda dan kemampuan untuk menjelaskan dengan meyakinkan jika hasilnya berbeda.
3.      Spesifisitas dari asosiasi
ada hubungan yang melekat antara spesifisitas dan kekuatan yang mana semakin akurat dalam mendefinisikan penyakit dan penularannya, semakin kuat hubungan yang diamati tersebut. Tetapi, fakta bahwa satu agen berkontribusi terhadap penyakit-penyakit beragam bukan merupakan bukti yang melawan peran dari setiap penyakit.
4.      Temporalitas
kemampuan untuk mendirikan kausa dugaan bahkan pada saat efek sementara diperkirakan
5.      Tahapan biologis
perubahan yang meningkat dalam konjungsi dengan perubahan kecocokan dalam penularan verifikasi terhadap hubungan dosis-respon konsisten dengan model konseptual yang dihipotesakan.
6.      Masuk akal
lebih siap untuk menerima kasus dengan hubungan yang konsisten dengan pengetahuan dan keyakinan kami secara umum. Telah jelas bahwa kecenderungan ini memiliki lubang-lugang kosong, tetapi akal sehat selalu saja membimbing kita
7.      Koherensi
bagaimana semua observasi dapat cocok dengan model yang dihipotesakan untuk membentuk gambaran yang koheren?
8.      Eksperimen
demonstrasi yang berada dalam kondisi yang terkontrol merubah kausa bukaan untuk hasil yang merupakan nilai yang besar, beberapa orang mungkin, mengatakannya sangat diperlukan, untuk menyimpulkan kausalitas
9.      Analogi
lebih siap untuk menerima argumentasi-argumentasi yang menyerupai dengan yang kami dapatkan.